Berita Geothermal — Arab Saudi, sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia, kini tengah melakukan transisi menuju masa depan energi yang lebih ramah lingkungan. Negara ini menargetkan 50% dari pasokan listriknya berasal dari energi terbarukan pada tahun 2030. Jika target ambisius ini tercapai, sebanyak 1 juta barel bahan bakar cair per hari yang saat ini digunakan untuk pembangkit listrik bisa digantikan oleh energi bersih.
Meskipun target ini tidak menyebutkan teknologi energi baru terbarukan (EBT) tertentu, Arab Saudi tengah menjajaki berbagai jalur EBT.
Lantas apakah panas bumi berperan penting dalam bauran energi Arab Saudi?
Berikut ini posisi panas bumi sebagai sumber energi di Arab Saudi yang kami rangkum dari laporan ThinkGeoEnergy Minggu (2/3).
Potensi Panas Bumi di Arab Saudi
Menurut laporan tahun 2024 dari King Abdullah Petroleum Studies and Research Center (KAPSARC), yang dikutip oleh portal panas bumi ThinkGeoEnergy pada Minggu (2/3), potensi panas bumi di Arab Saudi terkonsentrasi di wilayah barat negara tersebut. Kawasan vulkanik “Harrat” terdiri dari lebih dari 2.500 gunung berapi tidak aktif dan sejumlah sumber air panas dengan suhu mencapai 80°C.
Studi awal menunjukkan bahwa gradien suhu di kawasan tersebut berkisar dari rendah hingga sedang. Namun, wilayah Jizan di selatan menunjukkan potensi gradien suhu yang lebih tinggi. Eksplorasi awal di sekitar Harrat Rahat juga mengindikasikan adanya potensi panas bumi dalam skala besar.
Meski demikian, hingga saat ini belum ada analisis mendalam untuk memperkirakan secara akurat sumber daya dan cadangan panas bumi di Arab Saudi.
Pemanfaatan Panas Bumi
Selain sebagai sumber listrik, panas bumi memiliki potensi besar untuk mendukung kebutuhan pendinginan di Arab Saudi. Berdasarkan berbagai penelitian, sistem pendinginan menyumbang 50% dari total konsumsi listrik tahunan, dengan 101 TWh digunakan di rumah tinggal dan 70 TWh di tempat usaha.
Di Timur Tengah, Abu Dhabi di Uni Emirat Arab telah menggunakan panas bumi untuk sistem pendinginan serapan. Meski teknologi ini kompleks, Arab Saudi juga bisa memanfaatkan sistem geoexchange yang lebih dangkal dan sederhana untuk mendukung kebutuhan pendinginan dengan panas bumi.
Panas bumi juga berpotensi digunakan dalam pabrik desalinasi air laut, yang sangat penting di wilayah dengan keterbatasan air tawar seperti Arab Saudi. Energi panas bumi dapat dimanfaatkan secara langsung dalam metode desalinasi termal, sehingga membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Eksplorasi Panas Bumi Saat Ini
Upaya eksplorasi panas bumi di Arab Saudi sudah mulai dilakukan. Salah satu proyek eksplorasi yang menonjol adalah proyek TAQA Geothermal di Universitas Sains dan Teknologi Raja Abdullah (KAUST), yang dimulai pada awal 2024.
Proyek ini bertujuan memanfaatkan panas bumi untuk berbagai aplikasi, seperti pendinginan distrik, desalinasi air, dan pembangkit listrik.
Meskipun proyek eksplorasi lainnya belum banyak dipublikasikan, sejumlah inisiatif menjanjikan tengah berlangsung, menandakan langkah Arab Saudi menuju diversifikasi energi yang lebih berkelanjutan.
Panas bumi menawarkan potensi besar sebagai sumber energi bersih di Arab Saudi, baik untuk pembangkit listrik, pendinginan, maupun desalinasi air. Dengan langkah eksplorasi yang terus berkembang, panas bumi bisa menjadi bagian penting dalam bauran energi Arab Saudi, mendukung target energi terbarukan pada tahun 2030 dan mempercepat transisi menuju masa depan rendah karbon.***
Sumber: ThinkGeoEnergy
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini