Berita Geothermal — Desa Idamdehe, yang terletak di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, memiliki potensi panas bumi yang melimpah namun belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini, pemanfaatan panas bumi di daerah ini lebih difokuskan sebagai objek wisata bagi masyarakat lokal.
Saking melimpahya, panas bumi di Idamdehe muncul tersebar di sejumlah lapangan dalam manifestasi uap panas.
Melimpahnya panas bumi seperti ini, berpeluang besar untuk mendukung sektor perikanan, khususnya dalam proses pengeringan ikan di Idamdehe. Metode pengeringan tradisional dengan sinar matahari atau pengasapan menggunakan kayu bakar masih menjadi pilihan utama masyarakat setempat.
Terkait dengan hal itu, para akademisi dari Fakultas Perikanan dan Kelautan serta Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate, melakukan penelitian tentang pemanfaatan energi panas bumi untuk mengeringkan ikan. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018 lalu.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Idamdehe, di kawasan pegunungan yang memiliki potensi panas bumi aktif. Proses pengeringan ikan menggunakan oven modifikasi berbahan aluminium dan zinc/seng, yang dikenal memiliki sifat penghantar panas yang baik dan tahan terhadap korosi.
Oven ini ditanam pada kedalaman 40 cm di dalam tanah dan dibungkus dengan terpal untuk memerangkap temperatur panas bumi.
Proses pengeringan dilakukan dalam dua tahap, dimulai dari pukul 09.00 hingga 18.00 WIT. Pada tahap pertama (09.00-13.00 WIT), suhu oven meningkat secara perlahan hingga mencapai 50°C. Setelah jeda istirahat, tahap kedua dilanjutkan pada pukul 14.00 hingga 18.00 WIT dengan suhu yang lebih stabil. Proses ini dilakukan selama 10 jam dengan pemantauan suhu dan kondisi ikan secara berkala.
Hasil penelitian
Pengujian menunjukkan bahwa ikan yang dikeringkan selama empat jam di dalam oven modifikasi memiliki karakteristik yang sama dengan ikan yang dikeringkan menggunakan metode tradisional seperti pengasapan atau kompor.
Keunggulan utama metode ini adalah mengurangi risiko kontaminasi serta lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar kayu.
Efektivitas oven modifikasi terlihat dari kemampuan alat ini menjaga suhu secara stabil, meskipun membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan metode konvensional. Meskipun proses pengeringan membutuhkan waktu empat jam, kualitas ikan yang dihasilkan tetap baik, tanpa perubahan signifikan pada rasa, tekstur, dan aroma ikan.
Kesimpulan
Pemanfaatan energi panas bumi untuk pengeringan ikan di Desa Idamdehe menjadi alternatif ramah lingkungan yang berpotensi meningkatkan efisiensi produksi ikan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oven modifikasi mampu menghasilkan ikan kering dengan kualitas yang setara dengan metode konvensional menggunakan kompor berbhaan bakar.
Penggunaan teknologi ini juga mendukung upaya pelestarian lingkungan dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar kayu. Diharapkan, teknologi ini dapat diterapkan secara lebih luas oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini