Berita Geothermal — Pulau Flores mencuat saat konferensi pers peluncuran Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta, Senin (14/4). Dalam forum bergengsi itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyebutkan bahwa Flores berpeluang besar menjadi “Pulau Panas Bumi” Indonesia.
“Flores itu, Insya Allah, bisa kita jadikan Geothermal Island,” ujar Eniya.
Ia menjelaskan bahwa kekayaan panas bumi di Flores sangat menjanjikan untuk menggantikan pembangkit diesel yang selama ini menjadi tulang punggung energi di kawasan tersebut. Diesel, menurutnya, tidak hanya menyumbang emisi, tetapi juga menjadi beban subsidi negara hingga mencapai Rp1 triliun per tahun—hanya untuk wilayah Flores.
Bukan Alternatif, Tapi Satu-satunya Pilihan
Eniya mengatakan, upaya mencari energi terbarukan lain seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sudah dipertimbangkan. Namun, kondisi geografis Flores yang panas dan tandus membuat dua opsi itu sulit untuk diterapkan.
Panel surya membutuhkan lahan yang sangat luas untuk bisa menandingi daya dari diesel, sementara potensi air untuk PLTA tergolong terbatas.
“Panas bumi adalah satu-satunya anugerah alam yang bisa kita andalkan di sana,” tegas Eniya.
Sudah Ditetapkan Sejak 2017
Pulau Flores sebenarnya sudah ditetapkan sebagai pulau panas bumi. Pada 19 Juni 2017, melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 2268 K/30/MEM/2017, Flores resmi ditetapkan sebagai Geothermal Island.
Keputusan tersebut lahir di masa kepemimpinan Ignatius Jonan di Kementerian ESDM, sebagai langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi panas bumi baik untuk pembangkit listrik maupun kebutuhan non-listrik.
Penetapan ini juga diperkuat dengan penyusunan road map pengembangan Flores sebagai pulau panas bumi, hasil kerja sama antara Indonesia dan Inggris. Penyusunan peta jalan ini dikerjakan oleh konsultan internasional ARUP, dengan dukungan dari WWF Indonesia, serta dituangkan dalam Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian ESDM dan Departemen Energi dan Perubahan Iklim Kerajaan Inggris pada tahun 2015.
Potensi Besar di 16 Titik
Flores, yang berarti “pulau bunga” dalam bahasa Portugis, menyimpan potensi panas bumi sebesar 902 MW—sekitar 65% dari total potensi di seluruh Nusa Tenggara Timur. Potensi ini tersebar di 16 titik, di antaranya Ulumbu, Mataloko, Sokoria, Oyang Barang, hingga Waisano dan Atedai.
Namun, sejauh ini baru dua lokasi, yaitu Ulumbu dan Mataloko, yang telah dimanfaatkan secara aktif untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Pemerintah menargetkan pemanfaatan energi panas bumi sebagai baseload atau sumber listrik utama bagi seluruh Flores.
Tak berhenti di situ, pengembangan panas bumi juga diarahkan agar terintegrasi dengan sektor hilir lainnya—seperti industri semen, smelter, perikanan, pertanian, hingga pariwisata—untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan dan mandiri.
Flores: Bunga Energi Hijau dari Timur
Pulau Flores berarti “pulau bunga” dalam bahasa Portugis. Pulau ini memiliki panjang sekitar 354 km dan lebar rata-rata 63 km, dengan luas sekitar 14.300 km².
Keindahan alam Flores yang dikenal dengan danau kawah, gunung berapi, dan budaya lokal seperti tari Caci, kini mendapat peran baru sebagai pionir energi bersih Indonesia.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini