Berita Geothermal — Pemerintah bersiap melakukan transformasi besar dalam penyediaan listrik nasional, salah satunya dengan menggeser ketergantungan terhadap pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang mahal ke arah pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) yang jauh lebih ekonomis.
Pengembangan pembangkit panas bumi atau geothermal ini akan menjadi salah satu fokus utama dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang ditargetkan rampung bulan April ini.
Harga listrik diesel
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan bahwa harga listrik dari pembangkit diesel di wilayah seperti Maluku bisa mencapai US$40–50 cent per kilowatt hour (KWh).
Sebaliknya, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) hanya memerlukan sekitar US$9,5 cent per KWh, menjadikannya solusi ideal sebagai sumber energi base load yang andal dan murah.
“Kalau panas bumi kita bicara 9,5 cent dolar per KWh-nya, tapi kalau diesel di Maluku itu tinggi sekali sekitar 40–50 cent. Nah ini panas bumi akan menjadi satu solusi base load yang jauh lebih murah,” ujar Eniya dalam konferensi pers Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) di Jakarta, Senin (14/4/2025).
Oleh karena itu, pemanfaatan panas bumi sebagai pembangkit listrik diharapkan dapat menggantikan peran PLTD yang selama ini menjadi tumpuan listrik dengan biaya tinggi di daerah Maluku.
Eniya juga menambahkan bahwa pembangkit diesel sebaiknya tidak lagi difungsikan sebagai sumber utama kelistrikan, melainkan dialihkan untuk mendukung aktivitas produktif di sektor industri.
“BBM sebaiknya tidak hanya digunakan untuk pembangkitan, tapi bisa dialihkan ke sektor produktif industri. Apalagi kita menargetkan pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029,” jelasnya.
Saat ini, draft akhir RUPTL 2025–2034 telah ditandatangani oleh tiga menteri, yaitu Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Proses finalisasi tinggal selangkah lagi sebelum resmi diberlakukan.
“Insya Allah dalam satu bulan ini pasti sudah akan goal ya RUPTL-nya, karena tinggal sedikit lagi, dan itu hanya perlu finalisasi saja,” ucap Eniya optimistis.
Dalam RUPTL terbaru ini, energi panas bumi mendapat porsi perhatian khusus. Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas PLTP sebesar 5,2 gigawatt (GW) dalam 10 tahun ke depan. Eksploitasi geothermal ini dipandang sebagai tulang punggung baru kelistrikan nasional, terutama di wilayah timur Indonesia yang selama ini terkendala akses dan biaya energi.
“Panas bumi harus menjadi solusi base load. Di RUPTL nanti, kita akan lihat peta jalan selama 10 tahun ke depan untuk merealisasikannya,” pungkas Eniya.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini