Berita Geothermal — Dalam sebuah diskusi santai namun sarat makna antara PLN dan media, terselip semangat besar untuk menyatukan pemahaman tentang transisi energi bersih di Indonesia, khususnya di wilayah timur. Acara tersebut menjadi panggung penting bagi PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Nusa Tenggara Timur untuk berbagi arah baru dalam pemanfaatan energi—energi yang tak harus melukai bumi.
Salah satu topik yang menyita perhatian adalah potensi besar energi panas bumi (geothermal) di NTT. General Manager PLN UIW NTT, F. Eko Sulistyono, mengungkapkan bahwa wilayah kerja UIP Nusra memiliki sumber daya panas bumi yang melimpah, dan PLN kini tengah menyiapkan langkah konkret untuk menjadikannya sebagai tulang punggung kelistrikan di wilayah tersebut.
Dalam penjelasannya, Eko menggambarkan secara rinci cara kerja pembangkit geothermal. “Di perut bumi terdapat magma panas yang memanaskan air di atasnya hingga berubah menjadi uap. Uap ini dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin, yang kemudian memutar generator dan menghasilkan listrik,” jelasnya dalam diskusi yang digelar pada Selasa (6/5) tersebut.
Yang menarik, lanjut Eko, energi panas bumi bukanlah aktivitas pertambangan. “Kita hanya melakukan pengeboran sumur untuk mengambil uap panas, bukan mengambil batuan atau sumber daya padat seperti tambang. Setelah digunakan, uap didinginkan menjadi air kembali dan diinjeksikan kembali ke dalam tanah. Ini sistem tertutup, airnya tidak hilang—paling hanya setengah persen,” tegasnya, membantah isu bahwa geothermal dapat mengurangi cadangan air bersih masyarakat.
Lebih lanjut, Eko menekankan bahwa pengeboran dilakukan hingga kedalaman 2.000 meter dan tidak akan bersinggungan dengan sumber air minum atau irigasi. Bahkan, pembangkit geothermal tidak menghasilkan asap atau polusi yang mencemari udara.
Salah satu manfaat besar dari geothermal adalah kemampuannya mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Inilah mengapa Flores, sebagai salah satu daerah dengan potensi panas bumi terbesar, menjadi wilayah strategis bagi pengembangan energi terbarukan.
Penjelasan General Manager PLN UIW NTT, F. Eko Sulistyono tentang pemanfaatan panas bumi atau geothermal untuk energi listrik memang menarik.
Perbedaan pengeboaran panas bumi dan pertambangan
Sekedar melengkapi, di bawah ini dijelaskan perbedaan pengeboran panas bumi dengaan pertambangan dikutip dari aku resmi PT Geo Dipa Energi, BUMN yang bergerak di bidang energi panas bumi.
Geo Dipa menjelaskan, bahwa “bumi tak harus dilukai untuk menghasilkan energi.” Pengeboran panas bumi dilakukan dengan teknik presisi dan ramah lingkungan, menjaga ekosistem tetap lestari.
Sebagai perbandingan, pengeboran panas bumi sangat berbeda dari pertambangan bahan bakar fosil. Teknik geothermal menggunakan uap air yang tidak berbahaya, tidak mudah terbakar, dan rendah emisi. Sementara pertambangan fosil menghasilkan gas rumah kaca, material B3 beracun, serta membahayakan keselamatan dan lingkungan.
Dengan pemanfaatan geothermal, harapan untuk membangun NTT dengan energi bersih, berkelanjutan, dan ramah lingkungan bukan lagi sekadar wacana.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini