Berita Geothermal — Panen Raya Katrili 2025 menjadi momen penuh syukur sekaligus bukti nyata bahwa energi panas bumi bisa menjadi solusi bagi banyak sektor, termasuk pertanian.
Bertempat di Desa Tonsewer, Kecamatan Tompaso Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Senin (26/5), perayaan ini mempertemukan sinergi antara PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan masyarakat sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong, termasuk para petani dari kelompok pria kaum Bapa Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) dan GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa).
Panen raya ini menandai keberhasilan penggunaan Katrili, pupuk cair inovatif berbasis nanosilika yang berasal dari endapan panas bumi atau silika di PLTP Lahendong. Dikembangkan melalui riset kolaboratif PGE dan UGM, Katrili membuktikan diri sebagai booster pertanian yang bukan hanya ramah lingkungan, tapi juga efisien dan berdampak nyata di lapangan.
Empat komoditas utama – padi, tomat, kacang Kawangkoan, dan bawang merah – berhasil dipanen dengan hasil yang menggembirakan. Pupuk Katrili terbukti mampu menyuburkan tanaman, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, serta mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia.
“Kami merasakan langsung manfaatnya. Tanaman menjadi lebih tahan hama, tomat tumbuh lebih besar, dan hasil panen meningkat signifikan. Biaya pupuk juga turun hingga 20–30 persen,” ungkap Rommi Seran, perwakilan petani dari Gereja Masehi Injili Minahasa.
Petani lain menambahkan, Katrili bekerja optimal di segala musim – dari kemarau hingga cuaca ekstrem.
Pujian juga datang dari Bupati Minahasa, Robby Dondokambey, S.Si., MAP. Menurutnya, Katrili adalah inovasi yang sangat relevan dengan kebutuhan petani Minahasa. Ia mendorong agar distribusinya diperluas ke wilayah pertanian lainnya di Sulawesi dan Indonesia.
“Inovasi ini membuat masyarakat merasakan langsung manfaat dari kehadiran industri panas bumi,” kata Robby.
Turut hadir dalam panen raya ini jajaran pemerintah Kabupaten Minahasa, TNI, manajemen PGE, serta perwakilan UGM dari Fakultas Teknik dan Fakultas Teknologi Pertanian. Para petani dari kelompok pria kaum KGPM dan GMIM.
Panen raya juga disemarakkan dengan sajian gastronomi khas Minahasa, seperti nasi jaha dan ayam buluh, hasil dari ladang-ladang yang dipupuk dengan Katrili. Ditutup dengan penampilan Tari Katrili – tarian tradisional Minahasa yang ditarikan secara berpasangan – suasana pesta rakyat menjadi simbol syukur atas harmoni antara alam, teknologi, dan manusia.
Direktur Operasi PT PGE, Ahmad Yani, menegaskan bahwa Katrili adalah bagian dari visi besar Geothermal Beyond Electricity. “Bisnis panas bumi ke depan bukan hanya soal listrik, tetapi juga bagaimana energi ini mendorong ketahanan pangan, pariwisata, dan sektor lain secara berkelanjutan. Kolaborasi dan riset adalah kunci agar manfaatnya dirasakan masyarakat luas,” ujarnya.
UGM sebagai mitra riset menyatakan komitmennya untuk terus mendampingi petani dalam mengelola sumber daya lokal. Melalui pendekatan lintas disiplin, riset Katrili diharapkan mampu membangun pertanian masa depan yang lebih adil, sehat, dan lestari.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini