Berita Geothermal — Pabrik kertas tisu Essity secara resmi meluncurkan mesin tisu pertama di dunia yang sepenuhnya menggunakan uap panas bumi sebagai sumber energinya, menggantikan gas.
Inovasi mesin tisu ini diperkenalkan di pabrik Essity di Kawerau di wilayah Utara Selandia Baru.
Saat launching, hadir lebih dari 100 tamu, termasuk para pemimpin bisnis dari sektor manufaktur, distribusi, keberlanjutan, serta ritel dari Selandia Baru dan Australia. Perwakilan komunitas dan bisnis setempat Kawerau juga turut hadir dalam peresmian ini.
Sid Takla, Managing Director Essity Australasia, mengungkapkan bahwa perusahaan telah menggelontorkan dana sekitar 20 juta dolar (setara Rp328,5 miliar: 1 dolar AS setara 16.425 rupiah) untuk mengembangkan mesin tisu berbasis uap panas bumi ini.
“Mesin ini merupakan satu-satunya di dunia yang menggunakan 100% uap panas bumi untuk proses pengeringannya,” ujar Takla dikutip dari NZ Herald, Jumat (14/3).
Peningkatan teknologi ini memungkinkan pabrik Essity Kawerau mengurangi jejak karbon hingga 66% atau setara dengan berhentinya 2.200 mobil dari jalan raya setiap tahunnya.
Pembuatan mesin tisu berbasis uap panas bumi ini melibatkan 25 pakar internasional di bidang teknik, operasi, dan manajemen keselamatan, serta 120 kontraktor lokal. Dalam kurun waktu 12 minggu, proses pembaruan dilakukan, mencakup penghapusan peralatan lama, pekerjaan sipil, pemasangan peralatan baru, hingga tahap pengujian.
Takla juga menegaskan bahwa operasional pabrik ini memberikan kontribusi sekitar 40 juta dolar per tahun bagi perekonomian Bay of Plenty. Keberhasilan proyek ini didukung oleh ketersediaan sumber daya uap panas bumi di Kawerau, yang dikelola oleh mitra energi panas bumi Essity, Ngāti Tūwharetoa Geothermal.
“Reservoir panas bumi dan infrastruktur yang telah dibangun oleh Ngāti Tūwharetoa Geothermal menjadikan Kawerau unik. Kami sangat senang dapat berinvestasi lebih lanjut dalam solusi alami dan cerdas ini,” kata Takla.
Selain memberikan dampak positif terhadap lingkungan, mesin tisu berbasis uap panas bumi ini juga mendukung perekonomian lokal melalui kemitraan yang membantu mendanai pembangunan marae (pusat komunitas Māori), perumahan, dan pendidikan.
Asosiasi Panas Bumi Selandia Baru mengapresiasi langkah Essity sebagai contoh nyata dalam upaya dekarbonisasi industri.
“Dengan menggantikan bahan bakar fosil dengan uap panas bumi, proyek ini menunjukkan bagaimana bisnis di Selandia Baru dapat mencapai ketahanan energi sekaligus mengurangi emisi karbon secara signifikan,” ujar CEO Asosiasi, Kennie Tsui.
Saat peresmian, Essity menggandeng seniman lokal Sarah Hudson (dari suku Ngāti Awa, Tūhoe, dan Ngāti Pūkeko) untuk merancang desain eksklusif pada kemasan edisi terbatas tisu yag dihasilkan oleh mesin panas bumi ini.
Hudson mengungkapkan bahwa desainnya terinspirasi oleh keunikan energi panas bumi yang menggerakkan pabrik tersebut.
“Salah satu desain mencerminkan elemen alami yang melambangkan keberlanjutan, sementara desain lainnya menggambarkan pusaran uap,” jelasnya.
“Sebuah kehormatan bagi saya untuk berkontribusi dalam proyek ini dan mendukung masa depan industri yang lebih berkelanjutan,” tutup Hudson.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini