Berita Geothermal — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) resmi mendapatkan persetujuan untuk mengembangkan dua lini usaha baru di luar sektor kelistrikan panas bumi. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 yang digelar Selasa (3/6) di Jakarta, dan dihadiri jajaran Direksi, Dewan Komisaris, serta para pemegang saham.
Adapun sektor usaha baru yang akan digarap PGE tersebut mencakup pengembangan alat ukur fluida dua fasa bernama Flow2Max, serta jasa pengujian laboratorium panas bumi. Inisiatif ini bertujuan memperluas kontribusi perusahaan terhadap sektor energi dan teknologi, sekaligus memaksimalkan potensi aset yang dimiliki.
Laboratorium Panas Bumi
Direktur Utama PGE, Julfi Hadi sempat menjelaskan bahwa meningkatnya aktivitas eksplorasi panas bumi mendorong kebutuhan akan jasa laboratorium yang andal. PGE menilai ini sebagai peluang menjanjikan, mengingat perusahaan sudah memiliki fasilitas laboratorium lengkap dan tenaga ahli berpengalaman di berbagai wilayah kerja.
Menariknya, pengembangan jasa ini tidak memerlukan investasi baru karena seluruh fasilitas sudah tersedia. Perawatan hanya memerlukan biaya rutin yang ditutup dari kas internal, dengan asumsi beban setara dengan nilai penyusutan.
Flow2Max: Inovasi Alat Ukur Karya Anak Bangsa
Lini usaha kedua adalah komersialisasi Flow2Max, alat ukur fluida dua fasa yang dikembangkan secara internal oleh tim PGE. Alat ini siap bersaing dengan produk global seperti Rotamass Prime (Yokogawa), Roxar (Emerson), dan Wet Gas Measurement (Krohne).
Menurut Julfi, keunggulan Flow2Max terletak pada fleksibilitas penggunaannya, tidak hanya untuk sumur panas bumi, tetapi juga sektor minyak dan gas. Hal ini membuka peluang pasar yang lebih luas secara global, termasuk ke negara-negara dengan potensi panas bumi tinggi seperti Indonesia, Selandia Baru, Filipina, Amerika Serikat, Turki, dan Islandia.
Untuk mendukung komersialisasi, PGE mengalokasikan anggaran sekitar Rp2,9 miliar, yang mencakup biaya paten, publikasi, akomodasi, transportasi, serta pengembangan prototipe. Penjualan perdana ditargetkan dimulai pada 2026, dengan target 20 unit per tahun dan akumulasi 100 unit dalam lima tahun.
Kinerja Keuangan 2024
Dalam RUPST terungkap, sepanjang 2024, PGE membukukan pendapatan sebesar USD 407,12 juta, naik dari USD 406,29 juta pada tahun sebelumnya. Sementara itu, laba bersih tercatat USD 160,30 juta, sedikit menurun dari USD 163,57 juta pada 2023. Meski demikian, perusahaan tetap mempertahankan profitabilitas yang solid, arus kas operasional yang kuat, dan efisiensi biaya yang konsisten.
Dalam siaran persnya, Direktur Keuangan PGEO, Yurizki Rio, menegaskan bahwa fundamental perusahaan tetap kuat. “Hasil kinerja 2024 mencerminkan ketahanan bisnis Perseroan dalam mendukung transisi energi nasional di tengah tantangan global,” ujarnya.
Secara operasional, PGE mencatat peningkatan produksi di berbagai wilayah: Kamojang (+5,36% YoY), Lahendong (+0,40%), dan Lumut Balai (+2,72% YoY). Total produksi listrik mencapai 4.827,22 GWh, meningkat 1,96% dibandingkan tahun lalu.
Julfi Hadi juga menyampaikan terima kasih kepada para pemegang saham atas dukungannya. Ia menyatakan bahwa perusahaan menargetkan kapasitas terpasang mencapai 1 GW dalam 2–3 tahun mendatang. “Langkah ini mendukung agenda transisi energi nasional, dengan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 76% pada periode 2025–2034,” ujarnya.
Susunan Direksi dan Dewan Komisaris PGE
Dewan Komisaris
• Komisaris Independen: Abdulla Zayed
• Komisaris Independen: Abdul Musawir Yahya
• Komisaris: John Eusebius Iwan Anis
• Komisaris: Gigih Udi Atmo
Direksi
• Direktur Utama: Julfi Hadi
• Direktur Eksplorasi dan Pengembangan: Edwil Suzandi
• Direktur Operasi: Ahmad Yani
• Direktur Keuangan: Yurizki Rio.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini