Bajawa, Berita Geothermal – PT PLN (Persero) menargetkan Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi mandiri energi melalui pengembangan pembangkit listrik berbasis panas bumi (geotermal). Upaya ini merupakan bagian dari program transisi energi nasional menuju penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Manager Perizinan dan Komunikasi PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Nusa Tenggara, Bobby Robson Sitorus, mengatakan potensi panas bumi di NTT, khususnya di Pulau Flores, menjadi andalan utama dalam bauran energi daerah tersebut.
“Untuk sistem Flores, kapasitas panas bumi yang direncanakan mencapai sekitar 130 megawatt (MW). Ini akan menjadi tulang punggung sistem kelistrikan di wilayah itu,” kata Bobby, Jumat (25/10).
Menurut dia, saat ini sekitar 87 persen pasokan listrik di NTT masih bergantung pada energi fosil seperti batu bara dan solar. Karena itu, proyek PLTP menjadi langkah strategis untuk memperkuat ketahanan energi daerah sekaligus mengurangi emisi karbon.
“Panas bumi lebih stabil dan beroperasi sepanjang waktu, berbeda dengan energi surya yang tergantung cuaca,” ujarnya.
Bobby menambahkan, pembangunan pembangkit panas bumi memang membutuhkan waktu panjang, sekitar enam hingga tujuh tahun, namun manfaatnya akan dirasakan dalam jangka panjang.
“Kalau proyek tertunda, operasionalnya juga mundur, padahal kebutuhan listrik terus meningkat, terutama di kawasan pariwisata seperti Labuan Bajo,” kata dia.
Ia menegaskan, PLN terus berkomitmen mempercepat proyek-proyek EBT agar NTT dapat menjadi contoh provinsi mandiri energi di kawasan timur Indonesia.
“Potensi panas bumi di NTT sangat besar dan kami optimistis ini akan menjadi pilar utama transisi energi nasional,” pungkas Bobby.
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini





















