Jakarta, Berita Geothermal – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) menegaskan komitmennya memperkuat fundamental keuangan sekaligus mempercepat ekspansi panas bumi menuju target kapasitas terpasang 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar PGE untuk mewujudkan kapasitas 1,8 GW pada 2033.
Komitmen tersebut disampaikan dalam Public Expose PGEO 2025 yang digelar di Jakarta, Senin (3/11/2025).
Dalam kegiatan itu, manajemen PGE memaparkan kinerja keuangan dan operasional hingga akhir September 2025 serta arah pengembangan usaha jangka panjang.

Pendapatan Lampaui Target, Fundamental Keuangan Tetap Kuat
Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Yurizki Rio, mengungkapkan PGE berhasil membukukan pendapatan sebesar US$318,86 juta hingga 30 September 2025, melampaui target yang ditetapkan sebelumnya sebesar US$314,30 juta.
“Pendapatan kami tumbuh 4,20 persen year on year (YoY) dibanding periode yang sama tahun 2024 yang mencapai US$306,02 juta. Kinerja perseroan tetap sehat dengan fundamental keuangan yang kuat,” ujar Yurizki.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi per 30 September 2025, PGE mencatat:
-Pendapatan: US$318,86 juta
-Laba bersih: US$104,26 juta
-EBITDA: US$248,97 juta
Total aset: US$2,96 miliar, Kas dan setara kas: US$628,12 juta
Kenaikan beban keuangan, jelas Yurizki, disebabkan penerapan standar akuntansi baru PSAK 223 serta pembiayaan proyek panas bumi seperti PLTP Hululais Unit 1 & 2 (110 MW) dan Lumut Balai Unit 2, yang mulai beroperasi komersial pada Juni 2025.
“Perubahan ini juga berdampak pada kenaikan beban penyusutan sebesar 9,61 persen,” tambahnya.

Ekspansi Panas Bumi dan Transformasi Bisnis
Direktur Utama PGE Julfi Hadi menegaskan kinerja positif ini sejalan dengan fokus strategis perseroan untuk memperluas portofolio panas bumi melalui tiga pilar utama:
-Pengembangan pembangkit baru (upstream).
-Industrialisasi hilir panas bumi.
-Diversifikasi produk dan solusi energi di luar kelistrikan.
“Langkah kami tidak hanya sebatas pada pengembangan pembangkit listrik, tetapi juga membangun ekosistem green hydrogen yang terintegrasi dengan pendekatan beyond electricity,” ujar Julfi.
Sementara itu, Yurizki menambahkan bahwa PGE tengah menyiapkan investasi jangka panjang yang berfokus pada proyek-proyek quick win untuk meningkatkan kapasitas terpasang dan memperkuat posisi keuangan ke depan.
“Meski margin EBITDA sedikit tertekan, hal itu merupakan konsekuensi alami dari fase transformasi awal. Kami sedang berinvestasi untuk masa depan – termasuk rekrutmen talenta terbaik, riset, dan proyek eksplorasi strategis,” tegasnya.
17 Proyek Quick Win Dorong Pertumbuhan Kapasitas
Hingga saat ini, PGE mengelola 17 proyek quick win yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, di antaranya:
-Ulubelu LP (10 MW, target 2026)
-Hululais Unit 1 & 2 (110 MW, 2028)
-Lahendong BU 1 (15 MW, 2027)
-Sungai Penuh Combine Cycle (10 MW, 2028)
-Ulubelu BU 1–3 (30 MW, 2027)
-Bukit Daun/Hululais EXT A (60 MW, 2029–2030)
-Kamojang LP (5 MW, 2028)
-Lahendong Unit 7 & 8 (50 MW, 2028)
-Lumut Balai Unit 3 (55 MW, 2029)
-Lahendong BU 3 (10 MW, 2030)
Seluruh proyek tersebut diharapkan menjadi pendorong utama peningkatan kapasitas PGE hingga menembus 1 GW dalam waktu dekat.

Kinerja Operasional Stabil, Produksi Listrik Meningkat
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE, Edwil Suzandi, menuturkan produksi listrik perseroan terus meningkat di sejumlah area operasional utama, seperti Kamojang (1.326 GWh), Ulubelu (1.225 GWh), Lahendong (643 GWh), Lumut Balai (470 GWh), dan Karaha (80 GWh).
“Secara keseluruhan, produksi listrik PGE diperkirakan mencapai 4.978 GWh hingga akhir 2025, meningkat 3,12 persen dibanding tahun lalu,” ungkap Edwil.
Ia menambahkan, tambahan kapasitas 55 MW dari PLTP Lumut Balai Unit 2 yang mulai beroperasi penuh sejak Juni 2025 turut mendorong total kapasitas terpasang menjadi 727 MW.
“Capaian ini semakin memotivasi kami untuk terus tumbuh, berinovasi, dan menghadirkan energi hijau yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia,” katanya.
Perkuat Sinergi BUMN dan Komitmen ESG
Sebagai bagian dari sinergi antar-BUMN, pada Agustus 2025 PGE menjalin kerja sama dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk mempercepat pengembangan panas bumi di 19 proyek eksisting dengan total kapasitas 530 MW.
Kolaborasi ini berpotensi menambah kapasitas hingga 1.130 MW, baik dari wilayah kerja berproduksi maupun area prospektif baru.
Selain itu, PGE mencatat pencapaian penting dalam aspek keberlanjutan. Perseroan saat ini memegang peringkat ESG tertinggi di Indonesia dengan skor 7,1 dari Sustainalytics, sekaligus menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk daftar Top 50 Global ESG Companies 2025.
Menuju Transisi Energi Bersih dan Berkelanjutan
Melalui penguatan fundamental keuangan, pengembangan proyek strategis, dan komitmen pada prinsip keberlanjutan, PGE menegaskan perannya sebagai tulang punggung transisi energi nasional.
“Kami berupaya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan tanggung jawab terhadap lingkungan. PGE akan terus menjadi motor penggerak energi hijau Indonesia,” pungkas Julfi Hadi.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini




















