Berita Geothermal — Bagi Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Prof. Eniya Listiani Dewi, sepeda bukan sekadar alat transportasi, melainkan bagian dari perjalanan hidupnya. Dari masa kecil di Magelang hingga kuliah di Jepang, sepeda selalu menjadi sahabat setia Eniya dalam menempuh perjalanan.
Namun, salah satu pengalaman paling berkesan terjadi saat Prof Eniya harus berurusan dengan pihak stasiun di Tokyo karena sepedanya diamankan.
Cerita menarik di Jepang dan perjalanan hidupnya besama sepeda tersebut, diungkapkan Prof. Eniya di akun Instagramnya @eniyalist 23 Februari 2025 lalu.
Berikut ini ceritanya yang ditulis ulang oleh redaksi:
Gowes di Jepang: Antara Kampus, Stasiun, dan Sepeda yang Hilang
Saat menempuh pendidikan di Waseda University, Tokyo, dengan beasiswa STAID, Eniya terbiasa bersepeda dari tempat tinggalnya menuju stasiun. Sesampainya di stasiun, ia memarkir sepeda dan melanjutkan perjalanan ke kampus dengan kereta.
Rutinitas ini berlangsung lancar hingga suatu saat, ketika ia harus menginap di laboratorium selama beberapa hari untuk keperluan penelitian.
Ternyata, aturan di Jepang sangat ketat soal parkir sepeda. Karena berhari-hari tidak diambil, sepedanya pun diberi tanda peringatan kuning. Namun, sibuk dengan penelitian, ia tak kunjung mengambilnya hingga akhirnya pihak stasiun mengangkut sepeda tersebut.
Akhirya Eniya terpaksa menebus sepeda tersebut.
“Pernah juga harus menebusnya kembali,” kenangnya dengan menyematkan emoticon tertawa.
Kembali Mengayuh Pedal Setelah 20 Tahun
Kenangan bersepeda itu kembali hadir saat Eniya mengikuti acara “munggahan” sebelum Ramadan 2025 yang digelar Sekjen Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana. Acara ini diisi dengan gowes bersama dari Gedung Setjen KESDM di Thamrin menuju Monas, Tomang, hingga PIK1, lalu kembali melalui Kota Tua. Total jarak tempuhnya mencapai 51 kilometer.
“Ini kali kedua saya ikut gowes setelah berhenti selama 20 tahun,” ungkapnya.
Meski sempat “suduk-en” alias menabrak sesuatu di jalan, ia tetap menikmati perjalanan dengan penuh semangat.
Sepeda, Nostalgia, dan Antusiasme Baru
Bersepeda sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil. Ia masih ingat betul sepeda pertamanya, sepeda lipat Raleigh warna silver abu-abu yang dibelikan ayahnya saat ia duduk di kelas 6 SD pada 1989.
“Kalau sepeda itu masih ada, pasti jadi barang super antik banget,” ujarnya.
Beranjak SMA, ia beralih ke mountain bike, lalu saat kuliah di Tokyo menggunakan sepeda jengki kecil yang setia menemaninya.
Kini, setelah kembali merasakan sensasi gowes dalam acara munggahan, ia pun merasa kembali jatuh cinta pada sepeda.
“Kayaknya bakal suka nih,” katanya antusias.
Siapa sangka, pengalaman naik sepeda yang penuh kenangan ini justru menjadi penyemangat baru bagi seorang ilmuwan yang kini berada di jajaran penting Kementerian ESDM tersebut.
Sepeda bukan sekadar alat transportasi bagi Prof. Eniya Listiani Dewi, melainkan simbol perjalanan hidup, disiplin, dan kenangan yang terus berputar bersama roda yang ia kayuh.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini