Berita Geothermal – Google semakin serius dalam menggunakan energi bersih dan handal atau stabil untuk operasionalnya. Perusahaan teknologi raksasa ini baru saja menandatangani perjanjian pembelian listrik (Power Purchase Agreement/PPA) sebesar 10 megawatt (MW) dari energi panas bumi di Taiwan.
Langkah ini menandai kesepakatan pertama Google untuk energi geothermal di kawasan Asia-Pasifik sekaligus menjadi tonggak baru dalam pemanfaatan energi terbarukan oleh perusahaan teknologi global.
Kesepakatan ini bukan sekadar pembelian listrik jangka panjang untuk mendukung pusat data dan kantor Google di Taiwan. Google juga melakukan investasi ekuitas langsung ke Baseload Capital, perusahaan investasi geothermal asal Swedia, guna mempercepat pengembangan energi panas bumi yang andal dan tersedia sepanjang waktu.
“Melalui kemitraan jangka panjang dengan Baseload ini, kami ingin membuka potensi geothermal, mendorong pengembangan energi bersih yang dibutuhkan untuk mendekarbonisasi operasi dan rantai pasokan kami di Taiwan dan seluruh dunia,” ujar Michael Terrell, Direktur Senior Energi Bersih dan Pengurangan Karbon di Google, dikutip dari ThinkGeoEnergy, Selasa (29/4).
Mengapa Google Memilih Energi Panas Bumi?
Google dan banyak perusahaan teknologi lainnya kini semakin menyadari pentingnya sumber energi yang stabil dan berkelanjutan untuk operasional mereka. Dengan berkembangnya kecerdasan buatan (AI) dan pusat data berskala besar, kebutuhan akan listrik yang andal semakin meningkat.
Ada beberapa alasan kuat di balik keputusan Google memilih energi geothermal untuk operasionalnya:
- Stabilitas Pasokan Energi
Energi geotermal memiliki keunggulan sebagai sumber energi terbarukan yang stabil sepanjang waktu, berbeda dengan energi surya atau angin yang bergantung pada cuaca. - Mendukung Dekarbonisasi Global
Dengan menggunakan energi bersih, Google bisa mengurangi jejak karbon operasionalnya secara signifikan. Ini penting untuk mencapai target net-zero emissions. - Mendorong Pertumbuhan Teknologi Berkelanjutan
Sebagai perusahaan teknologi, Google ingin menjadi pionir dalam penggunaan energi terbarukan di sektor teknologi, termasuk untuk kebutuhan kecerdasan buatan (AI) dan pusat data.
Dampak Besar bagi Taiwan
Kapasitas tambahan 10 MW dari proyek ini diperkirakan mulai beroperasi pada 2029. Angka ini akan menggandakan total kapasitas panas bumi Taiwan yang saat ini baru mencapai sekitar 7 MW dari lima proyek kecil.
Pemerintah Taiwan telah menetapkan target ambisius untuk mencapai 20 MW kapasitas geotermal pada 2025 dan meningkat hingga 6.000 MW (6 GW) pada 2050. Kehadiran Google dalam proyek ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan energi panas bumi di negara tersebut.
Baseload Capital sendiri telah beroperasi di Taiwan sejak 2019 melalui anak usahanya, Baseload Power Taiwan. Saat ini, mereka tengah mengembangkan beberapa proyek, termasuk proyek di Hualien yang masih dalam tahap pengeboran dan diperkirakan akan menghasilkan tambahan 2 MW saat selesai.
“Kesepakatan ini menunjukkan semakin besarnya pengakuan pasar terhadap kebutuhan energi bersih yang andal sepanjang waktu. Kemitraan kami ini memperlihatkan bagaimana misi Baseload sejalan dengan portofolio Google, menciptakan sinergi kuat untuk pertumbuhan teknologi berkelanjutan,” kata Alexander Helling, CEO Baseload Capital.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini