Berita Geothermal — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), anak usaha Pertamina di sektor energi panas bumi, bersiap melebarkan sayap ke dua bidang usaha baru yang berbeda dari lini utamanya.
Tak seperti panas bumi yang sebagian besar dipasarkan untuk kebutuhan domestik, dua bisnis anyar ini disiapkan untuk merambah pasar global.
Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, dalam keterangan tertulisnya pada Senin (20/5), mengungkapkan bahwa rencana ekspansi tersebut telah melewati tahapan studi kelayakan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Ruky, Safrudin dan Rekan.
Lantas, apa saja dua lini bisnis yang siap digarap PGEO?
- Jasa Laboratorium Panas Bumi
Julfi menjelaskan bahwa meningkatnya tren eksplorasi panas bumi mendorong kebutuhan terhadap jasa laboratorium yang andal. PGEO menilai peluang ini sangat potensial karena perusahaan sudah memiliki fasilitas lengkap dan tenaga ahli berpengalaman untuk kegiatan seperti sampling, wireline logging, hingga analisis laboratorium di seluruh wilayah kerjanya.
Uniknya, lini usaha ini tidak memerlukan investasi baru karena fasilitas laboratorium sudah tersedia. Perusahaan hanya perlu melakukan perawatan rutin dengan biaya yang diasumsikan setara penyusutan, dan didanai dari kas internal.
WACC (biaya modal rata-rata tertimbang) untuk proyek ini diperkirakan sebesar 9,05%.
PGEO menargetkan layanan laboratorium ini mulai berkontribusi pada 2026. Penjualan diperkirakan melonjak 141,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada 2027, dengan pertumbuhan rata-rata hingga 2034 sebesar 7,72% per tahun. Laba setelah pajak juga diproyeksi meningkat 130,59% YoY pada 2027, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 7,58%.
“Rata-rata return on investment dari lini usaha ini mencapai 53,41%,” ujar Julfi optimistis.
- Komersialisasi Alat Ukur Fluida Dua Fasa
Bisnis kedua yang akan dijalankan adalah pemasaran alat ukur fluida dua fasa yang dikembangkan secara internal oleh perwira PGEO. Produk inovatif ini diberi nama dagang Flow2Max, dan akan bersaing dengan merek global seperti Yokogawa (Rotamass Prime), Emerson (Roxar), serta Krohne (Wet Gas Measurement).
Menurut Julfi, keunggulan alat ini tidak terbatas pada pengukuran fluida di sumur panas bumi, tetapi juga dapat digunakan di sektor minyak dan gas. Hal ini membuka peluang lebih luas di pasar energi global.
“Kompetisi di sektor panas bumi semakin ketat. Kami perlu hadir dengan produk inovatif yang mampu memberikan nilai lebih bagi pelanggan,” ujarnya.
PGEO akan menyasar pasar global, terutama negara-negara dengan pengembangan panas bumi aktif seperti Indonesia, Selandia Baru, Filipina, AS, Turki, dan Islandia. Produk ini juga penting dalam proses pelayanan dosis kimia dalam pengelolaan panas bumi.
Untuk komersialisasi produk ini, perusahaan menyiapkan dana sekitar Rp2,9 miliar yang mencakup biaya pendaftaran paten, publikasi jurnal, transportasi, akomodasi, serta pembuatan dan pengujian prototipe.
PGEO menargetkan penjualan 20 unit per tahun, dengan total 100 unit dalam lima tahun. Penjualan pertama ditargetkan terealisasi pada 2026 dan diproyeksikan berlangsung hingga paten berakhir pada 2040.
Perusahaan memperkirakan margin laba setelah pajak rata-rata sebesar 53,33%, serta tingkat pengembalian investasi (ROI) mencapai 88,1%.
Dengan dua lini usaha ini, PGEO tidak hanya memperluas portofolio bisnisnya, tetapi juga membuka jalan menuju pasar internasional dengan potensi profitabilitas tinggi.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini