Berita Geothermal — Muhammad Ramdhan Reza Nurfadilah, pemuda asal Kamojang, Jawa Barat—yang akrab disapa Deden—menjadi sorotan dan pujian media internasional berkat inovasinya dalam mengolah kopi menggunakan energi panas bumi.
Bersama perusahaan panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), Deden mendirikan Geothermal Coffee Process (GCP), sebuah inisiatif yang menggabungkan teknologi ramah lingkungan dengan semangat pemberdayaan petani lokal.
Hingga kini, GCP yang didirikan Deden telah bermitra dengan lebih dari 80 petani lokal, menyerap hingga 20 ton biji kopi dalam satu musim panen. Tak hanya meningkatkan efisiensi produksi, teknlogi pengolahan lewat panas bumi ini juga mengangkat kesejahteraan petani dengan model bisnis berkelanjutan.
Kopi GCP yang diproduksi Deden dan kawan-kawan pun mendapat perhatian pasar internasional. GCP kini telah menembus pasar ekspor ke Jepang dan menargetkan ekspansi ke Eropa pada tahun ini.
Menyadari potensi besar inovasi ini, Deden pun tengah mengurus hak paten untuk melindungi sistem tersebut dari adopsi pihak asing.
“Kami ingin masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di sekitar sumber panas bumi, menjadi pihak pertama yang memanfaatkan teknologi ini,” tekadnya.
GCP hadir sebagai solusi inovatif dalam proses pasca panen kopi. Mulai dari fermentasi, pengeringan, hingga pengupasan kulit ari, seluruh proses dilakukan menggunakan uap panas bumi dari lapangan geotermal Kamojang, salah satu lapangan panas bumi tertua di Indonesia yang telah beroperasi lebih dari 40 tahun. Inovasi ini menghasilkan biji kopi hijau (green bean) berkualitas tinggi dengan cita rasa khas.
Ulasan ThinkGeoEnergy
Kesuksesan Deden dan GCP tak luput dari perhatian dunia. Media internasional ThinkGeoEnergy, dalam edisi 16 Mei 2024, mengulas kiprah Deden sebagai pelopor kopi geothermal. Berkat kesuksesan Deden, Carlo Cariaga, penulis media tersebut, menyebut Indonesia sebagai contoh ideal dalam pemanfaatan alternatif energi panas bumi untuk sektor non-listrik.
Berikut ulasan ThinkGeoEnergy tentang Deden, pelopor kopi Gothermal pertama di dunia:
Dari Kafe ke Kolaborasi Besar
Perjalanan Deden di dunia kopi dimulai pada 2015, ketika ia membuka sebuah kafe kecil yang menjadi tempat berkumpul warga dan karyawan PGEO Kamojang. Dari obrolan santai tentang kopi, lahirlah diskusi yang mengarah pada kolaborasi lebih serius. Ketika PGEO menyatakan ketertarikannya untuk mengembangkan program pengolahan kopi, Deden menyambut tantangan tersebut.
“Saya melihat potensi panas bumi bukan hanya sebagai energi bersih, tapi juga sebagai solusi atas tantangan pengolahan kopi konvensional,” jelasnya.
Deden pun melakukan riset intensif selama hampir satu tahun untuk menemukan metode fermentasi dan pengeringan terbaik yang sesuai dengan karakteristik uap geotermal. Dari lebih dari 20 percobaan, tiga metode terbaik berhasil dikembangkan.
Melalui teknologi Geothermal Dry House, uap panas bumi dimanfaatkan untuk mengeringkan biji kopi secara higienis dan konsisten, menggantikan ketergantungan pada sinar matahari. Proses ini mempercepat pengeringan hingga tiga kali lipat, mengurangi risiko kontaminasi, dan menghasilkan rasa kopi yang lebih bersih, lembut, dan kaya aroma buah.
Dari SMK Farmasi Menuju Sarjana Bisnis
Dengan latar belakang pendidikan SMK jurusan farmasi, Deden kini sedang melanjutkan studi melalui program beasiswa dari PGEO, mengambil jurusan manajemen bisnis. Langkah ini ia ambil untuk memperkuat pondasi GCP sebagai perusahaan sosial berkelanjutan yang mampu memberi dampak luas bagi masyarakat sekitar.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini