Jakarta, Berita Geothermal – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menargetkan peningkatan kapasitas pembangkit listrik berbasis panas bumi hingga 1,8 gigawatt (GW) pada tahun 2033. Target tersebut menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mempercepat transisi menuju energi bersih.
Direktur Utama PGE Julfi Hadi mengatakan, pengembangan panas bumi merupakan langkah strategis dalam mendukung pencapaian net zero emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060.
“Kami sudah menargetkan 1 GW kapasitas mandiri dalam dua sampai tiga tahun ke depan, dan pada 2033 kapasitas tersebut kami tingkatkan menjadi 1,8 GW. Bahkan potensi pengembangannya bisa mencapai 3 GW,” ujar Julfi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (29/10/2025).
Menurut Julfi, pengembangan kapasitas ini tidak hanya memperkuat pasokan listrik nasional, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap pengurangan emisi karbon dan peningkatan penggunaan energi terbarukan.
Tambahan Kapasitas dari Lumut Balai Unit 2
Salah satu capaian penting tahun ini adalah beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 di Sumatera Selatan dengan kapasitas 55 megawatt (MW). Dengan tambahan tersebut, total kapasitas terpasang PGE saat ini mencapai 727 MW dari enam wilayah kerja panas bumi.
“Lumut Balai Unit 2 menjadi bukti nyata komitmen kami dalam memperkuat kapasitas energi bersih nasional. Setiap proyek yang kami jalankan bukan hanya soal angka, tetapi tentang keberlanjutan dan masa depan energi Indonesia,” kata Julfi.
Selain Lumut Balai, PGE juga mempercepat pengembangan proyek Hululais Unit 1 dan 2 berkapasitas 110 MW, serta proyek co-generation dengan kapasitas total 230 MW. PGE juga melakukan eksplorasi di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Tiga di Sumatera Utara yang telah diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Juni lalu.
Komitmen Keberlanjutan dan Manfaat Sosial
Julfi menekankan, strategi pengembangan panas bumi yang dijalankan PGE berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasi.
“Kami memastikan bahwa energi bersih membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat. Melalui program tanggung jawab sosial, kami terus mendorong pertumbuhan usaha lokal dan pelestarian lingkungan,” tuturnya.
PGE diketahui aktif melaksanakan berbagai program pemberdayaan masyarakat, mulai dari pelatihan kewirausahaan, pengembangan UMKM, hingga pelestarian lingkungan di sekitar wilayah kerja.
Pendapatan Tumbuh di Tengah Tekanan Biaya
Secara kinerja keuangan, PGE mencatatkan pendapatan sebesar US$318,86 juta pada kuartal III/2025, tumbuh 4,19 persen (year on year/YoY) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan ini didorong oleh optimalisasi operasi di beberapa wilayah kerja dan efisiensi kinerja pembangkit.
Namun, laba bersih perusahaan turun 22,17 persen YoY menjadi US$104,27 juta atau sekitar Rp1,73 triliun, terutama akibat meningkatnya beban pokok pendapatan dan biaya operasional sebesar 16,83 persen menjadi US$140,21 juta.
Direktur Keuangan PGE Yurizki Rio menjelaskan, penurunan laba tersebut merupakan konsekuensi dari ekspansi yang agresif, termasuk pengembangan proyek baru di berbagai wilayah kerja.
“Kinerja keuangan tetap solid. Kami terus menjaga arus kas dan efisiensi sambil mempersiapkan peningkatan kapasitas jangka panjang,” ujarnya.
Analis Nilai Prospek Panas Bumi Tetap Cerah
Analis Maybank Sekuritas, Etta Rusdiana Putra dan Hasan Barakwan, dalam riset terbarunya menilai prospek jangka panjang PGE masih positif. Kapasitas pembangkit PGE diproyeksikan tumbuh 7,7 persen secara tahunan (CAGR) selama 2024–2028, menjadi 847 MW pada 2028.
Peningkatan kapasitas itu diharapkan mendorong pendapatan perusahaan naik 7 persen CAGR menjadi US$533 juta pada 2028, dengan margin EBITDA stabil di kisaran 82–83 persen dan margin laba bersih 35–38 persen sepanjang 2025–2027.
Menurut Maybank, investasi yang dijalankan PGE menjadi kunci bagi penguatan sektor panas bumi nasional dan posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama energi terbarukan di dunia.
Mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi
Saat ini, PGE mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan satu wilayah penugasan dengan total kapasitas terpasang lebih dari 1.900 MW. Dari jumlah tersebut, 727 MW dikelola langsung oleh PGE, sementara sisanya melalui kemitraan strategis dengan berbagai pihak.
Langkah ekspansif ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional, serta mendukung agenda transisi energi hijau yang dicanangkan pemerintah.
“Kami optimistis Indonesia dapat menjadi salah satu pemain utama energi panas bumi global. PGE akan terus berinovasi dan berkolaborasi untuk mewujudkan kemandirian energi bersih nasional,” tutup Julfi Hadi.
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini




















