Berita Geothermal — Pemerintah kembali menghidupkan semangat transisi energi lewat peluncuran Program Patriot Energi Angkatan IV. Inisiatif dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini dirancang untuk menghadirkan energi bersih, terutama di wilayah-wilayah 4T (Terdepan, Terluar, Tertinggal, dan Transmigrasi), dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan—termasuk panas bumi.
Berbeda dari tenaga teknis biasa, para Patriot Energi adalah anak-anak muda terlatih yang tak hanya membawa teknologi, tetapi juga semangat perubahan. Mereka bertugas memetakan potensi energi lokal, mengedukasi warga, serta membentuk organisasi pengelola energi yang mandiri. Peran ini semakin penting, terutama dalam menghadapi tantangan sosial seperti penolakan warga terhadap proyek panas bumi yang kerap terjadi karena minimnya pemahaman.
“Pembangunan energi tidak cukup hanya dengan membangun infrastruktur. Ia harus menjadi bagian dari transformasi sosial,” ujar Direktur Jenderal EBTKE, Eniya Listiani Dewi, saat membuka pelatihan Patriot Energi di Jakarta, Senin (2/6). “Para Patriot harus bisa menyalakan semangat belajar dan berdaya di tengah masyarakat.”
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) dengan Yayasan IBEKA. Dalam Angkatan IV ini, 32 pemuda dari 14 provinsi dipilih dari 1.459 pendaftar dan akan diterjunkan ke wilayah Timur Indonesia, termasuk desa-desa di Papua yang belum teraliri listrik PLN.
Energi panas bumi menjadi salah satu fokus dalam misi ini. Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Dari total potensi energi baru terbarukan (EBT) lebih dari 3.600 GW, pemanfaatan panas bumi masih tertinggal jauh dibanding potensi yang ada.
Untuk mempercepat pemanfaatan EBT, pemerintah telah menetapkan target ambisius dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, yakni pembangunan 42,6 GW pembangkit EBT—termasuk 5,2 GW dari panas bumi . Di sinilah keberadaan Patriot Energi menjadi vital. Mereka menjembatani teknologi dan masyarakat, memastikan bahwa pembangunan pembangkit seperti panas bumi berjalan dengan dukungan lokal.
“Patriot Energi lahir dari keyakinan bahwa akses energi adalah soal keadilan. Tak boleh ada satu pun warga yang tertinggal,” tegas Eniya.
Ketua Yayasan IBEKA, Tri Mumpuni, menambahkan bahwa pelaksanaan program ini adalah kelanjutan dari kerja sama yang telah dimulai sejak 2015. Para peserta telah dibekali pelatihan daring dan luring, termasuk praktik langsung di desa-desa wilayah Subang, Jawa Barat. Mereka mempelajari empat kompetensi utama: keteknikan, kejuangan, kerakyatan, dan keikhlasan.
Dengan kehadiran Angkatan IV ini, diharapkan semangat pemanfaatan energi terbarukan, khususnya panas bumi, tidak hanya menjadi wacana kebijakan—tetapi nyata terasa di pelosok negeri. Sebab transisi energi bukan semata urusan teknologi, melainkan soal masa depan yang adil dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini