Berita Geothermal — Di usia muda, Mirah Midadan Fahmid telah menjejakkan langkahnya di panggung nasional sebagai senator asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lahir pada 13 September 1993, Mirah tak hanya hadir membawa semangat generasi muda, tetapi juga menawarkan pemikiran yang tajam dan komitmen kuat terhadap isu-isu strategis bangsa, khususnya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dengan fokus utama pada energi panas bumi.
Perhatian Mirah terhadap energi bersih bukanlah hal yang tiba-tiba muncul seiring karier politiknya. Jauh sebelum duduk di Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI), ia telah aktif menyuarakan potensi besar panas bumi saat masih menjadi peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Dalam salah satu tulisannya, Mirah menyebut:
“Energi panas bumi Indonesia sangat potensial dan menjanjikan untuk dikembangkan. Dengan potensi cadangan terbesar kedua di dunia, sangat disayangkan jika negara ini tidak mampu mengeksplorasi industri panas bumi.”
Lulusan University of Glasgow, Skotlandia, jurusan Ekonomi Pembangunan ini percaya bahwa panas bumi bisa menjadi tulang punggung menuju transisi energi yang berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya optimalisasi sumber daya ini demi mewujudkan target bauran energi nasional dan Net Zero Emission 2060.
Namun, Mirah juga realistis. Ia menyadari bahwa di balik potensi itu, terdapat tantangan teknis dan ekonomis yang masih membelenggu. Meski begitu, ia percaya bahwa hambatan tersebut bisa diatasi lewat kemauan politik yang kuat (strong political will) dan kebijakan pro-lingkungan.
Untuk itu, Mirah mengusulkan sejumlah langkah konkret demi mempercepat pengembangan panas bumi, seperti:
• Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, khususnya pada proyek hulu panas bumi.
• Revisi Peraturan Presiden Nomor 112/2022 mengenai Harga Patokan Tertinggi PLTP.
• Kepastian penandatanganan Perjanjian Jual Beli Listrik oleh para pengembang.
• Akselerasi program Government Drilling.
Tak hanya fokus pada dalam negeri, Mirah juga aktif mendorong diplomasi energi terbarukan di tingkat internasional. Dalam pertemuannya dengan Ketua Parlemen Singapura, H.E. Seah Kian Peng, tahun 2023 lalu, ia menyuarakan pentingnya kolaborasi teknologi dan investasi antara Indonesia dan Singapura.
“Indonesia memiliki banyak potensi dalam energi terbarukan, mulai dari panas bumi, angin, hingga tenaga air. Namun tantangan kami adalah keterbatasan teknologi. Saya percaya Singapura punya solusi yang bisa kita sinergikan,” ujarnya.
Mirah pun mengajak Singapura untuk menjalin kemitraan strategis, terutama dalam pengembangan energi terbarukan di NTB. Ia bahkan mengundang delegasi Singapura untuk datang langsung dan menyaksikan potensi yang tersimpan di tanah kelahirannya.
Di luar dunia politik, Mirah dikenal sebagai sosok yang kaya pengalaman. Sebelum di INDEF, ia pernah menjadi asisten peneliti di ISPEI Makassar dan aktif di berbagai organisasi kepemudaan internasional. Ia juga pernah menjadi bagian dari tim penasihat Menteri Desa PDTT dan menjabat sebagai Staf Ahli di DPD RI.
Dengan latar belakang kuat dalam isu pembangunan daerah, ketimpangan, kemiskinan, energi bersih, dan keberlanjutan, Mirah Midadan Fahmid hadir sebagai suara muda yang penuh daya dorong, menjembatani sains, kebijakan, dan kepentingan rakyat.
Dari Bima untuk Indonesia, Senator Mirah membuktikan bahwa suara perempuan muda bisa menjadi pemantik perubahan besar—bahkan dalam urusan sebesar energi dari perut bumi.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini