Berita Geothermal – Kunjungan resmi Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, ke Indonesia menghasilkan 12 kesepakatan kerjasama di berbagai sektor, di antaranya pada pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), khususnya energi panas bumi. Kesepakatan ini ditandatangani oleh Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dan Erdogan di Istana Kepresidenan Bogor pada Rabu, 12 Februari.
Kerjasama dalam pengembangan energi panas bumi ini merupakan bagian integral dari upaya kedua negara untuk mengatasi tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah penandatanganan kesepakatan, kedua kepala negara menekankan pentingnya kolaborasi dalam memajukan pembangunan berkelanjutan dan mengurangi dampak perubahan iklim melalui penggunaan sumber energi baru dan terbarukan. Mereka secara khusus menyoroti peran vital energi panas bumi (geotermal) dalam transisi menuju energi bersih.
Erdogan dan Prabowo juga sepakat mengenai pentingnya bahan baku dalam transisi energi bersih serta perlunya mendorong dialog yang konstruktif di bidang ini. Mereka menginstruksikan kementerian dan lembaga terkait untuk memfasilitasi kerja sama investasi dalam eksplorasi energi baru dan terbarukan tidak hanya di Turki dan Indonesia, tetapi juga di negara-negara ketiga.
Kesepakatan antara Indonesia dan Turki dalam pemanfaatan panas bumi ini merupakan penguatan dari kerjasama yang telah terjalin selama bertahun-tahun. Sejak lama, hubungan bilateral kedua negara telah mencakup berbagai proyek pengembangan panas bumi. Salah satu pengembang asal Turki, PT Hitay Balai Kaba Energy, telah beroperasi di Indonesia selama beberapa waktu dan saat ini sedang mengembangkan proyek panas bumi di Gunung Talang serta Solok di Sumatera Barat.
Di sisi lain, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) juga tengah merencanakan pengelolaan sumber daya panas bumi di Turki. Langkah ini ditandai dengan kunjungan Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, ke Turki pada akhir tahun 2024 untuk menjajaki peluang bisnis global. Selama kunjungannya, Julfi Hadi bertemu dengan sejumlah perusahaan pengembang geothermal lokal seperti Energy Holding dan SDS Enerji.
Turki saat ini memiliki iklim investasi yang sangat positif untuk bisnis panas bumi. Hal ini terlihat dari privatisasi sektor panas bumi yang dimulai sejak tahun 2009 serta insentif ramah investor yang diberikan oleh pemerintah. Insentif khusus diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang mengembangkan geothermal melalui skema feed-in tariff, memberikan kepastian bahwa produk yang dihasilkan akan terserap dengan keekonomian yang layak.
Iklim investasi yang kondusif ini telah berdampak signifikan terhadap peningkatan produksi geothermal di Turki. Dalam sepuluh tahun terakhir, kapasitas produksi geothermal meningkat drastis dari 80 MW menjadi 1600 MW, menjadikan Turki sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan energi geothermal tercepat di dunia.
Saat ini, Turki berada pada posisi sebagai negara dengan kapasitas terpasang panas bumi terbesar keempat secara global. Menurut informasi dari Anatolian Agency, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi di Turki mencapai 1.691 megawatt (MW).
Dengan langkah strategis ini, kerjasama antara Indonesia dan Turki tidak hanya akan memperkuat hubungan bilateral tetapi juga berkontribusi pada upaya global dalam menghadapi perubahan iklim melalui pemanfaatan sumber daya energi terbarukan.
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini