Berita Geothermal — Minat generasi muda, khususnya pelajar, terhadap energi panas bumi menunjukkan tren yang semakin positif. Fenomena ini tampak dari semakin banyaknya kunjungan siswa dari berbagai daerah ke pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), salah satunya di PLTP Kamojang, Kabupaten Bandung.
Memasuki Mei 2025, PLTP Kamojang kembali ramai dikunjungi sekolah-sekolah dari Jakarta, Banten, hingga Bandung. Kunjungan terbaru datang dari SMP Cahaya Bangsa Classical School asal Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dalam kunjungan tersebut, para siswa diajak menyaksikan secara langsung bagaimana sumber daya panas bumi diolah menjadi energi listrik.
Di area PGE Kamojang, para siswa mendapatkan pemaparan mendalam mengenai konsep panas bumi, proses konversi energi panas menjadi listrik, serta alasan mengapa energi panas bumi dikategorikan sebagai energi bersih. Meskipun menggunakan air, PLTP Kamojang tetap menjaga kelestarian lingkungan dan tidak merusak air tanah yang digunakan oleh masyarakat sekitar.
Tak hanya itu, para siswa juga dikenalkan pada berbagai program pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh PGE Area Kamojang. Program-program tersebut meliputi dukungan bagi petani kopi, sayuran, dan jamur, serta inisiatif transportasi ramah lingkungan melalui penyediaan motor listrik untuk ojek online di kawasan sekitar. Antusiasme siswa sangat tinggi. Mereka mencatat dengan saksama setiap penjelasan yang diberikan, dan sesi tanya jawab pun berlangsung interaktif dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan.
Tingginya minat ini menjadi sinyal positif di tengah fakta bahwa Indonesia menyimpan sekitar 40 persen cadangan panas bumi dunia. Potensi besar ini sangat sayang jika tidak dimanfaatkan secara optimal, terutama dengan melibatkan generasi muda sebagai agen perubahan.
Dalam pertemuan antara Kementerian ESDM, Gubernur NTT, dan masyarakat pada 28 April lalu, mengemuka ide untuk memasukkan materi panas bumi ke dalam kurikulum pendidikan. Gagasan ini dinilai penting agar pemahaman masyarakat terhadap energi panas bumi semakin meluas sejak usia dini.
Hal ini diperkuat lgi dengan fakta, di tengah banyaknya pembangkit panas bumi, masih ditemukan anak-anak yang belum mengenal apa itu energi panas bumi. Ironisnya, hal ini terjadi bahkan di daerah yang hanya berjarak 30 km dari PLTP Kamojang dan Darajat. Coba tengok ke Kecamatan Cibatu atau Limbangan di kawasan Garut Utara, banyak masyarakat tak mengetahui apa itu panas bumi, perusahaan apa itu Pertamina Geothermal Energi atau Star Energy Darajat.
Bahkan banyak yang masih menyamakan panas bumi dengan gas bumi karena kurangnya informasi.
Melihat minat yang tumbuh ini, penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk terus memperluas edukasi tentang energi panas bumi. Dengan begitu, generasi muda Indonesia tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam transisi menuju energi bersih yang berkelanjutan.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini