Berita Geothermal — Energi panas bumi bukan sekadar pembangkit listrik. Lebih dari itu, ia adalah bagian dari masa depan Indonesia yang bersih, aman, dan berkelanjutan. Kesadaran inilah yang mendorong lahirnya Buku Komunikasi Publik Panas Bumi, sebuah inisiatif edukatif hasil kolaborasi antara Society of Renewable Energy (SRE), Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, dan RMBooks (Rakyat Merdeka Books).
Buku ini resmi diluncurkan pada 20 Mei 2025 di The Dharmawangsa, Jakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Peluncuran ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, di antaranya Dirjen EBTKE Eniya Listiani Dewi, Direktur Panas Bumi Gigih Udi Atmo, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi, dan Direktur Utama Geo Dipa Energi Yudistian Yunis. Mereka sepakat bahwa komunikasi publik yang efektif adalah kunci dalam mempercepat transisi energi bersih di Indonesia.
Disajikan dalam format yang ringan, buku ini memanfaatkan karakter fiktif Gege, Bubu, dan Mimi sebagai medium edukasi. Gege bertugas membangun infrastruktur dan melatih tenaga kerja, Bubu mengadvokasi hak masyarakat, sementara Mimi mengawasi aspek lingkungan dan mendorong riset hijau. Pendekatan ini menjadikan buku terasa segar, mudah dipahami, dan dekat dengan pembaca muda.
“Buku ini bukan sekadar literasi, tapi panduan penting untuk menghadapi tantangan sosial di lapangan,” ujar Eniya Listiani Dewi.
Ia menekankan pentingnya komunikasi publik, mengingat resistensi sosial terhadap proyek-proyek geothermal masih kerap terjadi. Bahkan, ia berbagi pengalaman pribadi terkait demonstrasi dan konflik sosial yang pernah menghambat proyek panas bumi.
“Isu sosial itu nyata. Maka komunikasi publik harus diperkuat agar masyarakat mengerti dan mau mendukung,” tambahnya.
Julfi Hadi menegaskan pentingnya peran geothermal sebagai sumber energi base load yang andal dan stabil.
“Geothermal bukan hanya andal, tapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi hijau. Kita perlu ekosistem industri geothermal yang kuat untuk mewujudkannya,” ujarnya.
Zagy Yakana Berian, Founder SRE Indonesia, juga menyampaikan bahwa transisi energi tak cukup hanya dengan teknologi. Diperlukan narasi publik yang kuat dan bisa diterima masyarakat luas.
“Geothermal harus menjadi bagian dari cerita besar transisi energi nasional kita,” kata Zagy.
Menuju 2060, Indonesia menargetkan kapasitas panas bumi sebesar 22,7 GW. Untuk mencapainya, pemahaman dan keterlibatan publik, terutama generasi muda, menjadi sangat krusial.
Buku ini terbuka untuk siapa saja yang ingin memahami lebih jauh tentang peran energi panas bumi dalam agenda transisi energi nasional. Kamu bisa membacanya secara gratis melalui tautan berikut:
bit.ly/BukuKomunikasiPanasBumi
Bagikan buku ini, dan ajak temanmu ikut serta dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan!***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini