Berita Geothermal – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko oleh PT PLN (Persero) memang belum rampung sepenuhnya. Namun, denyut manfaatnya sudah lebih dulu terasa di tengah kehidupan masyarakat Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
PLTP Mataloko direncanakan memiliki kapasitas 2 x 10 megawatt (MW) dengan estimasi biaya sebesar Rp 101,8 miliar. Saat ini, pra-konstruksi proyek ini telah dimulai sejak 2021, dan pembangunan terus dikebut demi memperkuat ketahanan energi di wilayah tersebut, sekaligus menggantikan PLTD yang mahal dan kurang ramah lingkungan.
Kini pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko menunjukkan kemajuan signifikan. Hingga April 2025, progres fisik pembangunan telah mencapai 79,57%, yang mencakup konstruksi wellpad A, B, C, dan D, pengembangan area laydown.
Manager Unit Pelaksana Proyek (UPP) Nusra 2 Osta Melanno menyatakan bahwa proyek PLTP Mataloko saat ini masih berada pada tahap awal pengembangan.
“Kami masih fokus pada pembangunan infrastruktur dasar dan belum memasuki fase pengeboran,” ujarnya saat rpat koordinasi dengan Gubernur NTT Senin (28/4) lalu.
Beroperasi sejak 2010
Sejak 2010, PLTP Mataloko sebenarnya telah beroperasi dalam skala kecil dengan daya 1 x 2,5 MW. Namun, kebutuhan energi di Ngada terus meningkat. Beban puncak listrik pada malam hari mencapai 5,5 MW, yang selama ini masih disuplai gabungan dari PLTD Faobata dan PLTP Mataloko.
Proyek PLTP Mataloko ini akan menjadi solusi jangka panjang. Jika nanti beroperasi penuh, pembangkit ini mampu menerangi lebih dari 20.000 rumah dengan asumsi kapasitas listrik 1.300 VA per rumah. Dibangun di atas lahan seluas 12,9 hektare dari total Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) seluas 996,2 hektare, proyek ini juga menjadi bagian dari program 35 ribu MW dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor energi.
Tak hanya soal listrik, kehadiran proyek ini membawa dampak sosial dan ekonomi nyata. Dari total 315 pekerja yang terlibat dalam proyek, sekitar 80 persen merupakan warga lokal. PLN juga aktif menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), seperti layanan pengobatan gratis, bantuan alat kesehatan, perbaikan fasilitas pendidikan, serta pelatihan dan pendampingan UMKM lokal.
Pembangunan jalan
Salah satu manfaat paling nyata yang kini dirasakan warga adalah pembangunan jalan akses menuju lokasi PLTP. Jalan rusak yang dulunya menghambat mobilitas kini disulap menjadi jalan hotmix sepanjang 8 kilometer yang mulus dan bisa dilalui kendaraan roda dua maupun empat.
Maria Goreti, warga Dusun Poma Mana, mengaku sangat bersyukur dengan pembangunan PLTP Mataloko.
“Dulu kami kewalahan. Jalannya masih tanah. Hasil tani harus kami pikul dari Wio ke Poma Mana. Sekarang sudah bisa dilewati motor dan mobil. Kami bersyukur, terima kasih PLN,” ujar Maria dengan mata berkaca-kaca.
Peningkatan infrastruktur ini membuat distribusi hasil tani lebih efisien dan kualitas panen tetap terjaga. Jalan hotmix kini menjadi urat nadi baru bagi ekonomi desa. Lorensius Tena, warga lainnya, mengungkapkan bahwa dampak pembangunan ini jauh lebih luas dari sekadar pasokan listrik.
“Geothermal ini bukan cuma soal listrik. Tapi juga membuka akses, memperbaiki lingkungan. Orang ke sekolah, ke gereja sekarang lebih nyaman. Tidak ada lagi debu dan jalan rusak,” katanya.
PLTP Mataloko menjadi bukti nyata bahwa pembangunan energi bersih bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meski belum sepenuhnya beroperasi, proyek ini telah menyalakan harapan baru di Bumi Ngada.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini