Berita Geothermal — Listrik dari energi fosil masih mendominasi kapasitas listrik nasional saat ini. Hingga Desember 2024, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 101 gigawatt (GW). Dari jumlah tersebut, 86 GW atau sekitar 85% berasal dari pembangkit berbasis energi fosil, sementara 15,1 GW atau 15% berasal dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT).
Target Transisi Energi dalam RUPTL 2025-2034
Untuk mendorong peningkatan kapasitas listrik EBT, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan bahwa dari penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 71 GW dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, mayoritas harus berasal dari sumber energi terbarukan.
Langkah ini bertujuan untuk mempercepat transisi energi sekaligus mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% per tahun.
“RUPTL ini telah dibahas bersama PLN dan disosialisasikan kepada Menteri BUMN serta Menteri Keuangan. Dalam periode 2025-2034, sekitar 60% dari total penambahan kapasitas pembangkit akan berasal dari energi baru terbarukan. Ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam transisi energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca,” ujar Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers pada pertengahan Januari 2025.
Bahlil menambahkan bahwa dominasi EBT dalam RUPTL terbaru merupakan langkah konkret menuju sektor kelistrikan yang lebih berkelanjutan.
Kapasitas Pembangkit Listrik Nasional Hingga Akhir 2024
Berikut ini data lengkap kapasitas listrik nasional baik energi fosil maupun energy baru terbarukan (EBT).
Berdasarkan data per November 2024, kapasitas pembangkit listrik nasional masih didominasi oleh sumber energi fosil. Berikut rinciannya:
Listrik Fosil
• Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU): 49,8 GW (53%)
• Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG): 25,24 GW (27%)
• Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD): 4,64 GW (5%)
Listrik EBT
Total kapasitas terpasang pembangkit berbasis EBT mencapai 14.081,40 megawatt (MW), dengan rincian:
• Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA): 5.872,07 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM): 938,00 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH): 51,06 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP): 2.597,51 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS): 244,00 MW
• PLTS Atap: 324,30 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB): 152,30 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm): 3.266,84 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg): 155,84 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa): 36,47 MW
• PLTS Terapung: 193,01 MW
• Pembangkit Listrik Tenaga Gasifikasi Batubara (PLTGB): 250,00 MW
Penambahan Kapasitas EBT dan Proyeksi Masa Depan
Menurut data Kementerian ESDM, hingga akhir 2024 terdapat tambahan kapasitas dari tiga pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) baru, yaitu:
• PLTP Sorik Merapi: 41 MW
• PLTP Salak Binari: 15 MW
• PLTP Ijen: 45 MW
Dengan tambahan ini, kapasitas listrik panas bumi nasional meningkat menjadi 2.698,51 MW, sehingga total kapasitas listrik berbasis EBT bertambah menjadi 14.182,4 MW. Akibatnya, bauran energi EBT dalam sistem kelistrikan nasional mencapai 14,01%.
Pemerintah terus mendorong pengembangan pembangkit berbasis EBT guna mencapai target bauran energi 23% pada 2025. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia terhadap transisi energi serta upaya global dalam mengurangi emisi karbon.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini