Bandung, Berita Geothermal – Inovasi ramah lingkungan dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Area Kamojang kembali menorehkan prestasi internasional. Program Geothermal Organic Fertilizer (GeO-Fert) berhasil meraih penghargaan The Winner of ASEAN Renewable Energy Project Awards dalam kategori Off Grid Thermal yang diberikan oleh Kementerian Peralihan Tenaga dan Transformasi Air (PETRA) Malaysia di Kuala Lumpur Convention Center, Kamis (16/10).
General Manager PGE Area Kamojang, I Made Budi Kusuma Adi Putra, menjelaskan bahwa inovasi GeO-Fert menjadi bukti nyata bahwa energi panas bumi tidak hanya berkontribusi pada penyediaan listrik bersih, tetapi juga mendukung pemberdayaan masyarakat lokal.
“Melalui inovasi seperti GeO-Fert, PGE Area Kamojang menunjukkan bagaimana energi panas bumi dapat membantu masyarakat lokal, mendukung pertanian berkelanjutan, dan menjaga kelestarian lingkungan,” ujarnya.
GeO-Fert merupakan sistem pengolahan limbah organik menjadi pupuk organik padat dan cair dengan memanfaatkan uap panas bumi bersuhu 60–70°C dari PLTP Kamojang. Teknologi ini mampu mengolah limbah pertanian dan rumah tangga secara lebih cepat, efisien, serta ramah lingkungan.
Sejak dikembangkan, GeO-Fert telah memproses 57,6 ton limbah organik per tahun, menghasilkan 28,8 ton pupuk organik padat dan cair. Waktu pengeringan yang sebelumnya memakan waktu lebih dari dua hari kini dapat diselesaikan hanya dalam 12 jam, meningkatkan efisiensi hingga 75 persen dibanding metode konvensional.
Inovasi tersebut juga memberi dampak positif terhadap pengurangan emisi karbon, yakni hingga 24,783 ton CO₂ ekuivalen per tahun, serta menekan penggunaan bahan bakar fosil sebesar 0,085 ktoe per tahun.
Selain berkontribusi terhadap lingkungan, program ini memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat. Saat ini, GeO-Fert dikelola oleh 51 petani dari Kelompok Tani Hutan Blok Cikondang serta 32 anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekarsari, dengan total penerima manfaat langsung sebanyak 163 petani dan 653 penerima manfaat tidak langsung.
Melalui pelatihan berkelanjutan dari PGE, para petani kini mampu memproduksi pupuk secara mandiri dan menekan biaya pembelian pupuk hingga Rp26 juta per tahun. Hasil panen komoditas seperti daun bawang, kentang, kubis, kopi, dan kacang panjang juga meningkat hingga 50–75 persen.
Dengan kapasitas PLTP mencapai 235 megawatt, wilayah Kamojang dikenal sebagai salah satu lumbung pertanian utama di Jawa Barat, di mana sekitar 85 persen penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian.
Hadirnya GeO-Fert menjadi solusi bagi keterbatasan pupuk bersubsidi dan tingginya harga pupuk kimia, sekaligus bukti bahwa kolaborasi antara energi bersih dan pertanian berkelanjutan dapat berjalan beriringan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini




















