Berita Geothermal — Pusat Penelitian Panas Bumi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) menyebutkan, untuk memenuhi kebutuhan energi nasional serta meningkatkan proporsi panas bumi dalam bauran energi terbarukan, pengembangan potensi panas bumi berentalpi menengah ke bawah menjadi sangat penting.
Pihak UGM menjelaskan, di lapangan panas bumi entalpi menengah ke bawah ini bisa dibangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) skala kecil. Apalagi sumber energi ini umumnya tidak berada di zona vulkanik aktif, sehingga pembangunanPLTP berskala kecil atau small scale off-grid geothermal menjadi solusi strategis.
Keunggulan PLTP Skala Kecil
Dikutip dari akun Instagram Pusat Penelitian Panas Bumi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) @grc_ftugm, PLTP skala kecil sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah pasokan listrik di Indonesia, terutama di daerah terpencil yang memiliki potensi geotermal tinggi namun belum terjangkau jaringan listrik PLN.
UGM mendefinisikan PLTP skala kecil sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas kurang dari 25 MW. Berbeda dengan geothermal power plant konvensional, small scale off-grid geothermal menggunakan teknologi small binary modular power plants, seperti yang dikutip dari blog https://ailima.co.id.
Beberapa daerah di bagian timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua, dan Sulawesi Tenggara, masih memiliki rasio elektrifikasi di bawah rata-rata nasional yang mencapai 95%. Mayoritas daerah ini masih mengandalkan bahan bakar fosil yang mahal dan tidak ramah lingkungan, sehingga PLTP skala kecil menjadi solusi yang lebih berkelanjutan.
Keunggulan PLTP skala kecil
PLTP skala kecil memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sumber energi lainnya:
- Biaya lebih murah – Biaya produksi listrik diperkirakan hanya US$ 0,15 per kWh, jauh lebih rendah dibandingkan dengan off-grid diesel dan pembangkit listrik tenaga surya (PV) yang mencapai lebih dari US$ 0,3 per kWh.
- Ukuran lebih kecil dan fleksibel – Ukuran yang lebih kecil memungkinkan pembangunan di daerah yang sulit dijangkau jaringan listrik PLN, sehingga dapat mempercepat elektrifikasi di wilayah terpencil.
Implementasi PLTP Skala Kecil di Dunia dan Indonesia
Teknologi PLTP skala kecil telah diterapkan di berbagai belahan dunia.
• China: PLTP skala kecil dibangun untuk memanfaatkan panas bumi dengan suhu 67 hingga 98 derajat Celsius, terutama di daerah yang tidak berasosiasi dengan aktivitas vulkanik.
• Kenya: Negara ini membangun PLTP skala kecil pada sumber panas bumi bersuhu tinggi sebagai bagian dari strategi pengembangan energi listrik bersih.
Bagaimana dengan Indonesia?
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terdapat 362 titik panas bumi di Indonesia, dengan rincian 26,2% bertemperatur tinggi, 51,4% bertemperatur sedang, dan 22,4% bertemperatur rendah.
Di Indonesia, PLTP skala kecil telah dikembangkan sejak lama, umumnya untuk mengoptimalkan sumber panas bumi dengan suhu tinggi. Salah satu contoh adalah PLTP Skala Kecil Dieng dengan kapasitas 12,8 MW.
UGM pun menunjuk PLTP Sokoria di NTT. Mereka menyebutkan PLTP yang memiliki kapasitas 3 MW dan 5 MW ini dibangun dengan memanfaatkan sumber panas bumi bersuhu rendah, menjadikannya salah satu model ideal untuk pengembangan PLTP di daerah lain di Indonesia.
Dengan demikian, PLTP skala kecil menjadi solusi efektif dalam mengejar target elektrifikasi di daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik PLN. Dengan biaya lebih rendah dan teknologi modular yang fleksibel, pembangkit ini dapat menjadi pendorong utama bagi pemerataan energi bersih di Indonesia. Begitu menurut pihak Pusat Penelitian Panas Bumi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini