Berita Geothermal — Selama ini, panas bumi dikenal sebagai energi bersih yang stabil karena bisa menghasilkan listrik 24 jam tanpa tergantung cuaca. Tapi ada satu kabar baik lagi: dengan teknologi generasi baru yang kini tengah dimatangkan, panas bumi berpotensi hadir bukan hanya kapan pun, tapi juga di mana pun.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), panas bumi saat ini masih jadi pemain kecil di panggung energi global. Tahun 2022, kontribusinya baru sekitar 0,3 persen listrik dunia, meski kapasitas terpasangnya mencapai 16,3 gigawatt. Alasannya sederhana: teknologi lama hanya bisa memanfaatkan panas bumi di lokasi khusus — yaitu tempat uap dan air panas muncul alami ke permukaan. Lokasi seperti ini sangat terbatas dan jarang.
Namun, itu bisa berubah drastis. Dengan teknologi panas bumi generasi baru, energi bersih ini tidak lagi harus dicari di lokasi khusus seperti gunung api, tapi bisa di ambil di mana pun di tempat manusia bermukim.
Artinya, dengan teknologi generasi baru ini, para teknisi bisa melakukan pemanfaatan panas bumi meski di lokasi yang tak ada gunung api.
Caranya di antaranya melakukan pengeboran jauh lebih dalam — hingga 8 kilometer ke bawah tanah — untuk mencapai batuan super panas. Setelah itu, air dipompakan ke dalam, dipanaskan oleh batuan, lalu naik kembali ke permukaan untuk menghasilkan listrik.
Hasil analisis IEA menunjukkan, kalau teknologi ini berhasil dikembangkan dengan biaya terjangkau, panas bumi bisa menyumbang hingga 4.000 petawatt-jam listrik per tahun pada 2050. Itu setara dengan 140 kali lipat kebutuhan listrik dunia saat ini.
“Panas bumi adalah energi kokoh, bersih, dan bisa diandalkan. Tapi selama ini ia nyaris tak masuk dalam percakapan besar soal energi dan iklim,” kata Drew Nelson dari Project InnerSpace, lembaga advokasi panas bumi.
Perusahaan rintisan energi seperti Fervo Energy, Sage Geosystems, dan Quaise Energy di Amerika Serikat sudah berlomba-lomba mengembangkan teknologi ini, dengan dukungan riset besar pemerintah. Bahkan di Islandia, para ilmuwan sedang menguji cara memanfaatkan panas ekstrem dari ruang magma.
Kelebihan panas bumi generasi baru ada dua:
- Kapan pun – berbeda dengan tenaga surya dan angin yang bergantung cuaca, panas bumi menghasilkan listrik 24 jam penuh.
- Di mana pun – dengan pengeboran dalam, hampir semua wilayah berpotensi memanfaatkannya, tak hanya negara yang punya gunung berapi.
Dengan kemampuan itu, panas bumi bisa jadi penyeimbang energi terbarukan lain, menggantikan pembangkit listrik batu bara di negara berkembang, sekaligus menjaga pasokan listrik tetap stabil di negara maju.
Laporan IEA menegaskan: era panas bumi generasi baru sudah dimulai. Kini tantangannya ada pada seberapa cepat teknologi ini bisa dikembangkan dan diterapkan. Jika berhasil, dunia tak hanya mendapat energi bersih yang handal 24 jam, tapi juga energi yang bisa hadir di mana pun dibutuhkan.***
Sumber: Journal of Petroleum Technology dan berbagai rujukan
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp beritageothermal.com klik di sini